Lynna's blog

Catatan harian seorang gadis

Saturday, November 24, 2018

Untuk kalian

Untuk kalian berdua, 2 orang yang akan selalu aku hormati, dan tetap aku sayangi dengan caraku sendiri. Yang tidak akan pernah lagi aku omongkan dengan kata-kata yang tidak pantas...

Kasih sayang kalian berdua kepadaku mungkin tidak akan pernah bisa aku balas hingga aku menua dan mati sekalipun. Aku pun begitu bersyukur dirawat dari kecil, dibesarkan, diberikan barang-barang yang mewah, disekolahkan di tempat yang terbaik. Meskipun semua itu tidak aku butuhkan. Aku tau kalian berdua begitu menyayangiku. Mencukupi kebutuhan finansialku sampai sekarang. Namun tanpa kalian pernah tahu atau mengerti bahwa aku memiliki siksaan batin yang begitu melukai hatiku. Yang aku tidak bisa keluarkan dengan bebas.

Aku pun begitu tersiksa ketika kalian mengatakan bahwa ternyata aku melukai hati kalian berdua. Aku membuat kalian menangis. Sungguh, betapa dosanya diriku ketika setiap tetes air mata yang jatuh dari mata kalian adalah hitungan dosa untukku. Namun, aku pun juga memiliki hati yang rapuh. Hatiku kosong lantaran tinggal di rumah yang besar dengan segala kebutuhan yang ada, lantas tidak membuat hatiku nyaman.

Segala kesedihan, keresahan, dan batin yang aku tanggung hanya bisa aku tutupi. Berharap semuanya akan hilang seiring berjalannya waktu. Namun ternyata semua itu hanya bisa aku tutupi. Seperti menutupi tumpukan sampah dan kotoran dengan kain yang bersih dan wangi. Menyemprotkan setiap antiseptik, dan wewangian pada kain tersebut, ataupun rutin mengganti kain itu dengan yang lebih bersih. Agar sampah yang terus menumpuk tidak akan pernah terbuka.

Kalian begitu menceritakan kesedihan yang kalian alami. Semua beban yang kalian rasakan. Aku pun mendengar semua beban kalian, apa yang menjadi keresahan kalian. Aku pun berusaha memenuhi apa yang kalian perintahkan kepadaku, berusaha lagi dengan hati yang penuh keikhlasan. Harapanku agar bisa meringankan beban kalian dan menghilangkan segala kesedihan hati di hati kalian. Karena aku sudah tidak ingin lagi menjadi beban kalian.

Maafkan aku yang tidak mampu berkata yang baik untuk kalian. Tidak bisa menyampaikan apa yang kuinginkan dengan benar. Namun ketahuilah, sebenarnya ada satu hal yang aku inginkan kalian berikan untukku. Yang bilamana sebenarnya itu semua sudah cukup.

Aku tahu, ketika aku meminta dibelikan pakaian yang bagus, kalian bisa memberinya.
Ketika aku meminta kamar tempatku untuk beristirahat, kalian bisa mengabulkannya.
Ketika aku meminta laptop, gadget, bahkan barang elektronik yang bisa menunjang kebutuhan hidupku, kalian mampu memberikannya.
Aku tau, kalian selalu memikirkan kesehatanku, ketika aku sakit parah, yang memungkinkan aku tidak bisa "normal" lagi seperti manusia lainnya, kalian rela mengeluarkan biaya untuk menyembuhkanku, menjaga agar aku tetap bisa hidup normal, dan menjalani kehidupanku tanpa keluhan sakit.
Aku tau, kalian selalu memikirkan ketika aku kelaparan, kalian selalu berusaha memberikanku makanan yang enak. Tidak ingin membiarkanku kelaparan.

Sungguh, aku benar-benar berterima kasih untuk semua itu. Dan aku tahu, sampai aku menua dan mati sekalipun, aku tidak akan pernah bisa membalas kebaikan kalian semua kepadaku. Aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti yang kalian inginkan.

Karena nyatanya aku bukanlah seorang anak yang kalian idam-idamkan dan bisa kalian banggakan. Aku tidak bisa seperti anak-anak teman kalian yang bisa mereka banggakan. Ketika anak mereka bisa memberikan gelar yang tinggi, pekerjaan yang bergengsi, calon yang benar-benar bagus statusnya, kalian tidak memiliki semua itu padaku. Di mata kalian, aku tidak lebih dari seorang anak pembangkang yang tidak bisa menuruti setiap keinginan kalian. Kalian begitu mendidikku, memenuhi finansialku, namun kenyataannya aku hanya bisa memberi kalian air mata. Bagi kalian, aku tidak bisa membalas kebaikan kalian.

Jika saja kalian bisa menyadari, apa yang membebani hatiku hingga saat ini. Keinginanku sekarang adalah agar kalian bisa mendengarku, mendengar setiap keinginan dan semua yang kurasakan. Aku ingin diizinkan membuka sedikit demi sedikit sampah yang hanya aku tumpuk dengan kain yang hanya kalian ingin lihat keindahannya. Mengatakan semua tekanan batinku, agar aku bisa membuang sampah-sampah tersebut.

Namun kenyataannya, ketika perlahan aku mencoba untuk jujur, sedikit dari kejujuranku yang hanya ingin kuutarakan. Hanya ada air mata dan kekecewaan dari kalian. Kalian pun langsung melontarkan perkataan-perkataan yang bisa membuatku berdosa kepada kalian.

Jika saja kalian tahu, aku juga ingin bahagia dengan jalanku sendiri. Bertahun-tahun lamanya aku berusaha bahagia di depan kalian, menjadi apa yang kalian mau, namun aku tidak bisa memenuhi semua keinginan kalian.

Aku mungkin bisa memberikan kalian kebahagiaan, walau harus ditutupi dengan senyum palsu. Kalian pun tidak peduli jika aku sedih atau tidak, selama semua itu terlihat baik di mata kalian. Namun aku tidak tahu, sampai kapan lagi aku bisa sanggup? Kalian hanya tidak ingin aku menunjukkan kesedihan di depan kalian. Kalian ingin melihat aku bahagia, walau kebahagiaan itu palsu, yang terpenting kalian tidak bersedih.

Jika saja aku tak punya iman, tak percaya pada kuasa Tuhan, maka aku sudah bunuh diri. Seperti yang dilakukan anak-anak lainnya. Ketika depresi dan rasa sakit yang begitu menyelimuti diri, seringkali akal sehat akan tertutupi. Hanya kepercayaan dan keyakinan pada Yang Maha Kuasa yang akan tetap membuatku tetap hidup.

Inginku untuk membuat kalian berdua mengerti bukan dengan cara seperti itu. Mengancam dengan bunuh diri atau menjadi gila. Karena kutahu hal itu tidak akan mampu membuat kalian paham. Aku hanya ingin berbicara dari hati, tentang kebahagiaan yang kuinginkan.

Akupun juga tak ingin mengolok-olok kalian, mengatakan kalian berdua tidak benar, dsb di sosial media atau kepada orang-orang lain betapa kejamnya kalian padaku, seperti yang dilakukan anak-anak lainnya.

Seandainya kalian bisa tahu dan memahami, banyak anak di luar sana yang menjadi stress, gila, dan salah pergaulan. Hanya karena kekosongan hati yang mereka miliki saat di rumah. Aku pun tidak ingin begitu.

Saat ini aku hanya butuh dukungan dari banyak orang yang tetap mengatakan kepadaku bahwa Tuhan lah yang paling berkuasa membolak-balikkan hati. Yang membuatku tetap percaya dan bisa tetap menjalani hidup.