Lynna's blog

Catatan harian seorang gadis

Sunday, January 11, 2015

Pindah Rumah edisi Bekasi

Anak: Yah, ayah.. kapan kita pindah rumah?
Ayah: Hmm?? Pindah rumah? Kenapa?
Anak: Semalam di kamar kakak bilang klo rumah ini berhantu dan kita sebaiknya pindah
Ayah: Nak, lekas kemasi barang2mu sekarang
Anak: Kenapa, yah?
Ayah: Kamu itu ga punya kakak
Anak: Pantesan...
Ayah: Pantesan kenapa?
Anak: Pantesan kita harus pindah
Ayah: kita pindah ke bekasi nak
Anak: bekasi yg indah itu kan ??
Ayah: iya nak
Anak: Pak, kita belum beli tiket
Ayah: o iya,
Anak : Yah, kita bekasi naik apa?
Ayah : hanya roket pilihan kita
Anak: Ih ayah ko kayak jaman siti nurbaya, aku kan maunya milih sendiri
Ayah : kamu mau nya naik apa nak?
Anak: roket
Ayah : roket banget?
Anak : engga juga sih yah
Siti: ada apa ini? nama saya dibawa bawa
Datuk maringgi : Siapa yg berani-berani bawa siti?
Siti : lebih baik saya pergi ke bekasi naik roket daripada tinggal bersama datuk..
Anak : ayo tante siti kita ke bekasi bareng ayah , dan jadi ibu ku
Ibu anak : *jewer anak
Apa kmu bilng??!
Ayah : sudahlah bu tak apa , ayah ikhlas
Anak : gk jadi deh tante siti, aku kasian ibu
Ayah : kamu gk kasian ayah?
Jek : Hai semua
Semua: *Kabur
Anak berbisik : yah , itu tuh kakak bilang kalo ada hantu dirumah kita
Ayah : yg bener kamu? Yaudah kalo gitu kita pergi aja ke duren sawit
Jek : Tunggu aku ._. *fundung
Siti : uda, uni, dek, saya boleh ikut kan?
Datuk maringgi : jangan tinggalkan saya bersama orang yg bernama jek itu
Anak: Ayah, sejak lahir dulu aku sudah bercita2 menjadi penjaga toko laundry
Datuk maringgi : kamu serius dgn cita2 itu? Datuk rencana mau buka cabang di jakarta
Ayah : sebentar lagi kita akan ketinggalan roket nak. Ayo kita lekas pergi.
Dan tiba2 sesuatu terjadi,
Roketnya kecelakaan dengan damai...
ternyata rocket itu mendarat di mars , dan bertemu kawanan johj
tonton kelanjutannya di terra formars



TAMAT

Created By :
Bang Miftahul Falah
Baharuddin Muzaky
Ulfa Shabila
Rifka
Siti Nur Fitri
Jayyid Ahmad Sya'bana

Cerita ini hanyalah fiktif belaka karena keisengan komunitas IOC.

Saturday, January 10, 2015

When the Rain Fell (Ketika Hujan Turun)



Satu demi satu curahan air mulai jatuh meresap tanah. Awan tak bersahabat menjatuhkan butiran air yang kian membanyak. Kala itu Rina tengah bergegas menuju kedai tempatnya bekerja. Ia lupa membawa payung, padahal ia sudah tau jika hari ini akan turun hujan. Diamnya pada sebuah bangunan tua yang usang menemaninya hingga hujan reda.


Semua masih sama. Sama seperti saat air itu jatuh menghujani bumi untuk pertama kalinya dan berhenti setiap inginnya. Aku masih sendiri. Sendiri menunggu di sebuah bangunan tua dan usang. Namun, kali ini berbeda rupanya Alloh menitipkan rasa yg berbeda. Seorang pria berkemeja hijau muda entah darimana datangnya tiba-tiba mendekati lalu berkata.


"bolehkah aku ikut berteduh disini?" tanya laki-laki yang tak ku ketahui namanya itu."ah, silahkan" tanpa melihat kearahnya aku berucap."Mungkin laki-laki itu akan menilaiku wanita yang angkuh atau apalah itu. Ah biar saja toh aku sudah menjawab perkataannya" batinku sembari melihat awan yang masih terlihat gelap.

"Deras ya hujannya?" Laki-laki berkemeja itu membuka percakapan, lagi.
Aku mengangguk bbrp kali mengiyakan pertanyaannya.
"Kau sering berteduh disini?" Tanyanya lagi.
"Iya, hampir setiap aku lupa memasukan payung ke ransel" oke, aku mulai kesal. Siapa sih orang ini?
"Hampir tiap hujan aku selalu berteduh disini tapi kenapa baru sekali melihatmu ya?" Jawabnya.
Lagi-lagi aku hanya dapat menggelengkan kepalaku.
"Mungkin Alloh memang takdirkan kita bertemu di hari ini, kamis 8 januari 2015! Umm.. Pukul brp skrg?" 
Whuohh.. Ada apa dengan dia? Aku sudah mencoba menjaga pandangan dan hati dari segala sebab cinta, mungkin. Oh Alloh, help me!
"Hujan selalu membawa cerita kan? Kau percaya itu?" Tanyanya, lagi.

Laki2 itu lalu melihat pohon pisang di sebrangnya. "hei, mungkin kita bisa berpayung dengan itu?"

Rina menatapnya kebingungan

"mungkin kau benar! Aku sudah tidak ada waktu lagi karna sebentar lagi mata kuliah statistika akan segera dimulai" kataku."jadi kau kuliah di universitas unggulan?" tanya laki-laki itu."ya...kenapa?" tanyaku lagi."sudah lupakan saja, kau tunggu sini aku akan mengambilkan daun pisangnya" ujar laki-laki itu sambil berlari kearah pohon pisang yang dimaksudnya.

Laki-laki itu berlari menembus hujan dan kalahkan angin. Dengan sigap, ia mematahkan sehelai daun pisang yg cukup lebar. Apa?? Sehelai? Bagaimana dgn aku? Ataukah ia bermaksud memayungiku? Gawat! Itu tidak boleh terjadi. Apapun keadaanya aku harus bisa menjaga hatiku. Ia berlari kearahku sambil membawa daun pisang yg sehelai itu.
"Ini, pakailah!" Perintahnya.
"Lalu kau bagaimana?"
"Pakailah! Tadi hanya ada sehelai daun yg bagus. Kau sdg buru-buru kan? Jgn pedulikan, aku akan baik-baik saja".
Lagi-lagi ia mengejutkanku, apa maksudnya ini? Tak mengertikah ia bahwa aku tdk bisa diperlakukan seperti ini terus. Aku tidak bisa. Atau hanya aku yg terlalu berperasa dan ...

Akhirnya aku mengambil daun itu dan berlari sampai di kampus. Ketika di kampus, diriku masih terbayang sosok lelaki tsb.
Tak ku sadari ternyata teman dekatku memerhatikanku yang tengah melamun."astagfirullah...sedang apa aku ini? Bukankah memikirkan hal yang aneh juga termasuk zina?" ucapku dalam hati sambil beberapa kali menggeleng-geleng kepala hingga temanku mulai memberanikan diri bertanya."ada apa denganmu? Apa kau sakit?" tanya dina khawatir."bu-bukan apa-apa din" ujarku mengada.



"Umm... Tapi kau tak biasanya seperti ini! Ada masalah?" Tanya dina berbisik. Plakk!! Bunyi ballpoint berbahan stainless kesayanganku yang tak sengaja terjatuh dari atas mejaku. Semua orang kini melihat padaku.. "Mmmmmaaaf... " Ppffttt... Ada apa ini??!! Hey rina! Apa yang kau fikirkan!! Ujarku pada diriku sendiri.


Mata kuliah statiska pun tlah usai. Aku dan dina bergegas menuju musholla untuk melaksanakan shalat dzuhur. Matahari semakin meninggi menyilaukan cahaya yang mulai terpancar dari sela-sela awan yang masih menggumpal."rin, kamu mau ke kantin ga?" tanya dina padaku."kamu duluan aja din, aku masih mau disini" jawabku sembari melontarkan senyuman.


Aku masih terbayang sosok lelaki tsb.kuperhatikan keluar dan ternyata hujan sudah reda. Akupun teringat sesuatu. Segera kulangkahkan kakiku menuju pohon pisang tadi utk menemui laki2 itu. Tapi, duk! "aduuuuh" kakiku tersandung. Lalu kudapati seekor kucing sedang mengeong. Laki2 itu sudah pergi. Hanya seekor kucing yg ada disana.

Ada sedikit rasa kecewa di dalam hatiku.. mendapati laki2 itu sudah pergi.. "astagfirullah... bahkn aku blm sempat berterimaksih atas perrolongnnya.. ujar ku dlm hati..

Aku pun berlalu dr phon pisang itu.. melangkah pergi menuju rumah

Sesampaiku dirumah ternyata hujan masih ingin menunjukan eksistensinya. Tiba-tiba saja aku teringat pada kucing kecil yang kutemui dia bawah pohon pisang itu."halah...apa yang aku pikirkan tadi laki-laki itu lalu kucing kecil itu" sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."jangan-jangan laki-laki itu jelmaan dari kucing tadi?!" tambahku mengada-ngada

Karna sudah tidak tahan, akhirnya aku mengambil payung dr kamarku lalu pergi menemui kucing kecil tadi. Kucing kecil itu ternyata sudah kehujanan, aku pun mengambil daun pisang lalu ku gunakannya sambil membawa kucing itu utk menutupinya dri hujan.sambil aku mmbawa payungku. Tiba2, Buk!! Payungku terjatuh dan...

Aku mmtuskan menggendong kucing kcil itu di peluknku menggunakan daun pisang td, lalu aku berlari skencang mungkin.

Akupun berlari sambil menggedong kucing yg basah kuyup itu.. sesampainya di rumh aku mengeringkan tubuh kucing itu dg Handuk lalu memberinya ikan.. kucing itu memakan ikan yg ku berikan dg lahapnya.. akupun trsenyum bahagia melihat kucing itu.. kayanya nih kucing udh lama gk makan,,gumam ku sendiri.. tiba..tiba. "haciiuimm....." aku bersin smpe 3 kali.. apa aku kena flu.. aku baru ingat... kalau aku alergi kucing.. bersin itu makin menjadi2.. bagaimana ini.. aku tidk bs seperti ini... "meong.. meong...." kucing itu trus mengeong.. aku mundur selangkah demi selangkah menjauhi nya.. tp kucing itu trus mendekati "meong.  Meong.." .. aduuh.. bagaimana ini.. aku tidak bs merawatnya..

Aku masih memeluk kucing kecil tersebut dengan hangat . Aku mengelusnya penuh kasih sayang . Tak lama kemudian kucing itu berubah wujud menjadi lelaki berkuping kucing dan ekor kucing.
Lelaki yg berubah dr kucing itu ternyata adl jelmaan pria yg td mmberikan payung daun pisang kpadaku. Ia berterima kasih krna aku sdh menolongnya. Lalu ia mmberikanku sbuah hadiah berupa...

Sebuah gelang keperakan. Aku menaikkan sebelah alisku. Kurang mengerti apa maksud pria jelmaan kucing dihadapanku itu.
"Apa ini?" Tanyaku.

Pria itu hanya tersenyum tipis dan dalam sekejap ia bertransformasi/? kembali menjadi kucing.

Tanya itu masih disini, di dalam hati yg masih tak mengerti apa inginnya. Dalam sekejap ia berjalan membelakangiku. Ada banyak hal yg ternyata tidak pernah kuketahui. Pertama, ini adalah soal pertemuan kami. Pertemuanku dgn seorang pria baik hati yg nyatanya adalah jelmaan dari seekor kucing. Kedua, gelang perak ini. Apa ia mengatur pertemuan kami? Dia selama ini mengenalku? Atau  gelang ini adalah caranya membuatku sepertinya. Membuatku bertransformasi menjadi manusia kucing. Seorang gadis yg sebagian jiwanya adalah  adalah hewan. Kusampingkan segala curigaku padanya. Sebentar! Kutemukan pahatan kepala kucing dgn lambang R. R! R untuk namaku? Rina!
Apakah ini...

Apakah ini sudah direncanakannya? Tapi untuk apa? Apa yang ingin direncanakannya? Lama aku memikirkan masalah ini membuatku enggan untuk tidur cepat. Aku mencoba menelaah lagi maksud dan tujuan laki-laki itu. Hingga esok hari aku kembali ketempat dimana kali pertama aku bertemu laki-laki itu. namun, tak kudapati ia disana. Pikirku akan kesini lagi hingga aku bertemu dengannya. Hari demi hari, aku pergi ke tempat yang sama namun nihil. Ku lihat sesosok kakek tua mendekat ke arahku.

"Hari ini cuaca cerah ya nak?" Sapa kakek tua tadi.
"Iya kek, alhamdulillah" jawabku sambil melempar senyum yg hanya bbrp senti. Maklum, pikiranku masih payah. Aku tdk pernah lagi menemukannya. 
"Gelangmu bagus nak" tanyanya mengejutkan lamunanku.
"Ini pemberian teman kek" jawabku seadanya. Jujur saja aku masih ingin bertemu dgnnya terlebih ketika kutemakan huruf R pada gelang tersebut. Laki-laki itu blm menanyakan namaku lalu bgmn bisa gelang ini? Huruf R itu? Ini sebuah kebetulan saja atau apa. Tanya masih saja terus menyelimuti. Memasuki tiap celah dalam hati. 
"Temanmu itu akan datang" 
"Kakek? Apa kakek mengenal Dia?"
"Temanmu itu akan datang" kakek mengulanginya dan tdk menjawab pertanyaanku.
"Tolong jelaskan pdku kalau kakek benar-benar mengenalnya"
Kakek masih diam, pandangannya jauh kedepan. 
"Kakek, aku ingin bertemu dgnnya! Aku ingin tanyakan soal gelang ini! Aku benar-benar ingin bertemu dgnnya! Sangat ingin bertemu dgnnya kek! Tolong kek, bantu aku!" 
"Saat hujan kau akan menemuinya" pernyataan tadi serius membuatku terkejut. Bagaimana kakek tahu. 
"Benarkah? Aku akan bertemu dgnnya kek?"
"Hanya saat hujan"
Oke, baiklah. Sama seperti pertemuan pertama kami. Saat hujan kembali nanti aku akan kembali kesini. Ke gedung tua dan usang, tempat pertamakali kami berjumpa. 
"Terimakasih kek, semoga...." Dimana kakek itu? Bahkan aku tak menyadari kepergiannya. Ia menghilang begitu saja.
Akhirnya setelah bertemu dengan kakek itu aku terus menanti datangnya hujan. Andai saja sekarang ini musim hujan, pasti aku sudah bertemu dengannya setiap hari."ya Allah pertemukan aku dengannya lagi" lirihku dalam doa disetiap sujud. Kini awan mulai meredup pertanda akan turun hujan, aku bersiap dibalik pintu rumah seraya membawa payung yang terlipat hingga aku bisa memasukannya ke dalam tas milikku. Hujan pun turun dengan derasnya disertai petir yang menggelegar."aku tak menyangka akan seseram ini" gumamku sambil terus berlari menuju gedung usang itu. Sesampaiku disana aku tak melihat seorang pun yang tengah berdiri guna berteduh dari hujan. Namun tiba-tiba saja aku mendengar suara kucing kecil itu lagi!."meong...meong..." suara kucing itu perlahan semakin terdengar jelas."pus...meong.." ucapku berlagak mengetahui bahasa mereka.

Perjuanganku terbayar, akhirnya Allah mempertemukan kami kembali. Aku mencoba mendekatinya, memberanikan diri untuk berbicara padanya. Berbicara dgn bahasa yg ku pahami, tentu bahasa manusia. Toh tak akan ada yg melihat. Namun, setelah mengamatinya dalam-dalam entah mengapa ada yg berbeda. Kucing jelmaan laki-laki itu mempunyai bulu berwarna kuning kecoklatan, berkilau. Matanya tajam dan tatapannya seolah sama dgn wujudnya ketika menjelma menjadi manusia. Sementara kucing ini berbeda. Perasaanku berubah lagi entah kenapa lebih kelabu. Tungkaiku lemas betul rasanya. Semua seperti sia-sia saja. Suara hujan mengiringi kelabu milikku. Namun, kucing ini tetap merengek pdku. Menarik-narik kaos putihku yg sudah berubah kecoklatan. Aku masih tidak menghiraukannya. Perasaan kelabu itu masih merayap. 
"Heyy..apa-apaan kau ini?! Bajuku bisa robek nanti! Hentikan mpus hentikan!" Rupanya kucing tadi seolah marah karena aku mengabaikannya.
Ia semakin menjadi dan tdk bisa kukendalikan. Tak berapa lama ia melepaskan cakarnya pada bajuku. Ia berjalan lalu menoleh kearahku beberapa kali seolah memberi tahu sesuatu padaku. Ia terus berjalan dan menoleh lagi kearahku. Kutuntaskan saja penasaran ini, kuikuti kemana maunya kucing itu pergi. Dan...

Dari belakang kucing itu ku ikuti ia hendak pergi kemana. Namun ditengah perjalanan ternyata kucing itu sudah tiada. Aku yang kebingungan mencari kucing itu di sela-sela rerumputan."mpus...mpus..." ucapku mencoba mengajak keluar kucing itu."siapa yang kau cari?" ucap seorang laki-laki yang tak asing suaranya tengah berdiri dibelakangku. Perlahan aku mulai membalikan badan yang kuharap adalah seseorang yang ingin sekali ku temui.

Benar saja! Laki-laki itu. Dia! Yg kutemui di gedung tua ini beberapa waktu lalu. Kelabu berganti pelangi. Hujan seolah berganti menjadi nyanyian. Angin berubah menjadi symphoni Indah bersahutan. Mereka turut berbahagia. 
"Kemana saja kau ini? Aku tak pernah alpa menunggumu disini!" Terangku bersemangat.
Ia hanya tersenyum tipis lalu pandangannya beralih ke gelang itu. Gelang perak yg diberikannya. Sepertinya aku mengerti maksudnya.
"Gelang ini, knp ada pahatan kepala kucing dan huruf R? Kau mengenalku? Ataukah namamu jg berawalan huruf R? Jelaskan padaku!" 
"Kau adalah Rina!"
"Heyy.. Bagaimana kau tahu?!"
"Aku adalah dirimu"
"Jangan membual, katakan yg sejujurnya!"
"Aku adalah dirimu. Dirimu dlm wujud lain. Di planet zebun ini semua org ditakdirkan untuk menjadi tiga, dlm bentuk manusia laki2 dan perempuan dan satu lagi adalah hewan. Kau ditakdirkan menjelma sbg kucing maka sisi priamu adalah aku yg menjelma menjadi kucing. Gelang itu adalah simbol yg diberikan untuk anak yg telah berusia 20 tahun dan wajib mengetahui hal ini.” Ucap laki2 tsb.
“Hei Nak! Bangun! Sudah sore, kenapa kau tidak pulang? Malah tidur di Mushola.” Ucap salah seorang ibu separuh baya mengagetkanku.
Aku tertegun, berusaha bangkit dari tidurku. Kulihat sekelilingku banyak sajadah dan alat sholat. Ya! Ini masih  di Mushola! Aku tertidur sambil menunggu hujan reda.  Mengetahui bahwa semua ini adalah mimpi. Pertemuanku dengan laki-laki tsb, dan juga kucing yang menjelma menjadi diriku. Betapa bodohnya diriku, terlalu lama memikirkan sesuatu yang tidak penting hingga terbawa mimpi. Aku pun bersiap-siap untuk segera pulang. Namun, kuperhatikan tangan kiriku, terdapat sebuah gelang perak dengan pahatan kepala kucing dan huruf R…..

 Tapi Rina kau tidak perlu bingung dan khawatir lagi karena cerita diatas hanya sambungan cerita-cerita anak IOC yg main RP. Cerita ini hanya ilusi. Dan marilah kita doakan saja semoga komunitas ini terus maju dan lebih baik.

THE END.


Created by :
Rani Rahmasari
Ulfa Shabila
Falina Suwastrianti
Agustina Eva Damayanti

Istiana Rahma