Satu demi satu curahan air mulai jatuh meresap tanah. Awan tak
bersahabat menjatuhkan butiran air yang kian membanyak. Kala itu Rina tengah
bergegas menuju kedai tempatnya bekerja. Ia lupa membawa payung, padahal ia sudah
tau jika hari ini akan turun hujan. Diamnya pada sebuah bangunan tua yang usang
menemaninya hingga hujan reda.
Semua
masih sama. Sama seperti saat air itu jatuh menghujani bumi untuk pertama
kalinya dan berhenti setiap inginnya. Aku masih sendiri. Sendiri menunggu di
sebuah bangunan tua dan usang. Namun, kali ini berbeda rupanya Alloh menitipkan
rasa yg berbeda. Seorang pria berkemeja hijau muda entah darimana datangnya
tiba-tiba mendekati lalu berkata.
"bolehkah
aku ikut berteduh disini?" tanya laki-laki yang tak ku ketahui namanya
itu."ah, silahkan" tanpa melihat kearahnya aku berucap."Mungkin
laki-laki itu akan menilaiku wanita yang angkuh atau apalah itu. Ah biar saja
toh aku sudah menjawab perkataannya" batinku sembari melihat awan yang
masih terlihat gelap.
"Deras
ya hujannya?" Laki-laki berkemeja itu membuka percakapan, lagi.
Aku
mengangguk bbrp kali mengiyakan pertanyaannya.
"Kau
sering berteduh disini?" Tanyanya lagi.
"Iya,
hampir setiap aku lupa memasukan payung ke ransel" oke, aku mulai kesal.
Siapa sih orang ini?
"Hampir
tiap hujan aku selalu berteduh disini tapi kenapa baru sekali melihatmu
ya?" Jawabnya.
Lagi-lagi
aku hanya dapat menggelengkan kepalaku.
"Mungkin
Alloh memang takdirkan kita bertemu di hari ini, kamis 8 januari 2015! Umm..
Pukul brp skrg?"
Whuohh..
Ada apa dengan dia? Aku sudah mencoba menjaga pandangan dan hati dari segala
sebab cinta, mungkin. Oh Alloh, help me!
"Hujan
selalu membawa cerita kan? Kau percaya itu?" Tanyanya, lagi.
Laki2
itu lalu melihat pohon pisang di sebrangnya. "hei, mungkin kita bisa
berpayung dengan itu?"
Rina
menatapnya kebingungan
"mungkin
kau benar! Aku sudah tidak ada waktu lagi karna sebentar lagi mata kuliah
statistika akan segera dimulai" kataku."jadi kau kuliah di
universitas unggulan?" tanya laki-laki itu."ya...kenapa?"
tanyaku lagi."sudah lupakan saja, kau tunggu sini aku akan mengambilkan
daun pisangnya" ujar laki-laki itu sambil berlari kearah pohon pisang yang
dimaksudnya.
Laki-laki
itu berlari menembus hujan dan kalahkan angin. Dengan sigap, ia mematahkan
sehelai daun pisang yg cukup lebar. Apa?? Sehelai? Bagaimana dgn aku? Ataukah
ia bermaksud memayungiku? Gawat! Itu tidak boleh terjadi. Apapun keadaanya aku
harus bisa menjaga hatiku. Ia berlari kearahku sambil membawa daun pisang yg
sehelai itu.
"Ini,
pakailah!" Perintahnya.
"Lalu
kau bagaimana?"
"Pakailah!
Tadi hanya ada sehelai daun yg bagus. Kau sdg buru-buru kan? Jgn pedulikan, aku
akan baik-baik saja".
Lagi-lagi
ia mengejutkanku, apa maksudnya ini? Tak mengertikah ia bahwa aku tdk bisa
diperlakukan seperti ini terus. Aku tidak bisa. Atau hanya aku yg terlalu
berperasa dan ...
Akhirnya
aku mengambil daun itu dan berlari sampai di kampus. Ketika di kampus, diriku
masih terbayang sosok lelaki tsb.
Tak ku
sadari ternyata teman dekatku memerhatikanku yang tengah
melamun."astagfirullah...sedang apa aku ini? Bukankah memikirkan hal yang
aneh juga termasuk zina?" ucapku dalam hati sambil beberapa kali
menggeleng-geleng kepala hingga temanku mulai memberanikan diri
bertanya."ada apa denganmu? Apa kau sakit?" tanya dina
khawatir."bu-bukan apa-apa din" ujarku mengada.

"Umm...
Tapi kau tak biasanya seperti ini! Ada masalah?" Tanya dina berbisik.
Plakk!! Bunyi ballpoint berbahan stainless kesayanganku yang tak sengaja
terjatuh dari atas mejaku. Semua orang kini melihat padaku.. "Mmmmmaaaf...
" Ppffttt... Ada apa ini??!! Hey rina! Apa yang kau fikirkan!! Ujarku pada
diriku sendiri.
Mata
kuliah statiska pun tlah usai. Aku dan dina bergegas menuju musholla untuk
melaksanakan shalat dzuhur. Matahari semakin meninggi menyilaukan cahaya yang
mulai terpancar dari sela-sela awan yang masih menggumpal."rin, kamu mau
ke kantin ga?" tanya dina padaku."kamu duluan aja din, aku masih mau
disini" jawabku sembari melontarkan senyuman.
Aku
masih terbayang sosok lelaki tsb.kuperhatikan keluar dan ternyata hujan sudah
reda. Akupun teringat sesuatu. Segera kulangkahkan kakiku menuju pohon pisang
tadi utk menemui laki2 itu. Tapi, duk! "aduuuuh" kakiku tersandung.
Lalu kudapati seekor kucing sedang mengeong. Laki2 itu sudah pergi. Hanya
seekor kucing yg ada disana.
Ada
sedikit rasa kecewa di dalam hatiku.. mendapati laki2 itu sudah pergi..
"astagfirullah... bahkn aku blm sempat berterimaksih atas perrolongnnya..
ujar ku dlm hati..
Aku
pun berlalu dr phon pisang itu.. melangkah pergi menuju rumah
Sesampaiku
dirumah ternyata hujan masih ingin menunjukan eksistensinya. Tiba-tiba saja aku
teringat pada kucing kecil yang kutemui dia bawah pohon pisang
itu."halah...apa yang aku pikirkan tadi laki-laki itu lalu kucing kecil
itu" sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."jangan-jangan
laki-laki itu jelmaan dari kucing tadi?!" tambahku mengada-ngada
Karna
sudah tidak tahan, akhirnya aku mengambil payung dr kamarku lalu pergi menemui
kucing kecil tadi. Kucing kecil itu ternyata sudah kehujanan, aku pun mengambil
daun pisang lalu ku gunakannya sambil membawa kucing itu utk menutupinya dri
hujan.sambil aku mmbawa payungku. Tiba2, Buk!! Payungku terjatuh dan...
Aku
mmtuskan menggendong kucing kcil itu di peluknku menggunakan daun pisang td, lalu
aku berlari skencang mungkin.
Akupun
berlari sambil menggedong kucing yg basah kuyup itu.. sesampainya di rumh aku mengeringkan
tubuh kucing itu dg Handuk lalu memberinya ikan.. kucing itu memakan ikan yg ku
berikan dg lahapnya.. akupun trsenyum bahagia melihat kucing itu.. kayanya nih
kucing udh lama gk makan,,gumam ku sendiri.. tiba..tiba.
"haciiuimm....." aku bersin smpe 3 kali.. apa aku kena flu.. aku baru
ingat... kalau aku alergi kucing.. bersin itu makin menjadi2.. bagaimana ini..
aku tidk bs seperti ini... "meong.. meong...." kucing itu trus
mengeong.. aku mundur selangkah demi selangkah menjauhi nya.. tp kucing itu
trus mendekati "meong. Meong.." .. aduuh.. bagaimana ini.. aku
tidak bs merawatnya..

Aku
masih memeluk kucing kecil tersebut dengan hangat . Aku mengelusnya penuh kasih
sayang . Tak lama kemudian kucing itu berubah wujud menjadi lelaki berkuping
kucing dan ekor kucing.
Lelaki
yg berubah dr kucing itu ternyata adl jelmaan pria yg td mmberikan payung daun
pisang kpadaku. Ia berterima kasih krna aku sdh menolongnya. Lalu ia
mmberikanku sbuah hadiah berupa...
Sebuah
gelang keperakan. Aku menaikkan sebelah alisku. Kurang mengerti apa maksud pria
jelmaan kucing dihadapanku itu.
"Apa
ini?" Tanyaku.
Pria
itu hanya tersenyum tipis dan dalam sekejap ia bertransformasi/? kembali
menjadi kucing.
Tanya
itu masih disini, di dalam hati yg masih tak mengerti apa inginnya. Dalam
sekejap ia berjalan membelakangiku. Ada banyak hal yg ternyata tidak pernah
kuketahui. Pertama, ini adalah soal pertemuan kami. Pertemuanku dgn seorang
pria baik hati yg nyatanya adalah jelmaan dari seekor kucing. Kedua, gelang
perak ini. Apa ia mengatur pertemuan kami? Dia selama ini mengenalku?
Atau gelang ini adalah caranya membuatku sepertinya. Membuatku
bertransformasi menjadi manusia kucing. Seorang gadis yg sebagian jiwanya adalah
adalah hewan. Kusampingkan segala curigaku padanya. Sebentar! Kutemukan pahatan
kepala kucing dgn lambang R. R! R untuk namaku? Rina!
Apakah
ini...
Apakah
ini sudah direncanakannya? Tapi untuk apa? Apa yang ingin direncanakannya? Lama
aku memikirkan masalah ini membuatku enggan untuk tidur cepat. Aku mencoba
menelaah lagi maksud dan tujuan laki-laki itu. Hingga esok hari aku kembali
ketempat dimana kali pertama aku bertemu laki-laki itu. namun, tak kudapati ia
disana. Pikirku akan kesini lagi hingga aku bertemu dengannya. Hari demi hari,
aku pergi ke tempat yang sama namun nihil. Ku lihat sesosok kakek tua mendekat
ke arahku.
"Hari
ini cuaca cerah ya nak?" Sapa kakek tua tadi.
"Iya
kek, alhamdulillah" jawabku sambil melempar senyum yg hanya bbrp senti.
Maklum, pikiranku masih payah. Aku tdk pernah lagi menemukannya.
"Gelangmu
bagus nak" tanyanya mengejutkan lamunanku.
"Ini
pemberian teman kek" jawabku seadanya. Jujur saja aku masih ingin bertemu
dgnnya terlebih ketika kutemakan huruf R pada gelang tersebut. Laki-laki itu
blm menanyakan namaku lalu bgmn bisa gelang ini? Huruf R itu? Ini sebuah
kebetulan saja atau apa. Tanya masih saja terus menyelimuti. Memasuki tiap
celah dalam hati.
"Temanmu
itu akan datang"
"Kakek?
Apa kakek mengenal Dia?"
"Temanmu
itu akan datang" kakek mengulanginya dan tdk menjawab pertanyaanku.
"Tolong
jelaskan pdku kalau kakek benar-benar mengenalnya"
Kakek
masih diam, pandangannya jauh kedepan.
"Kakek,
aku ingin bertemu dgnnya! Aku ingin tanyakan soal gelang ini! Aku benar-benar
ingin bertemu dgnnya! Sangat ingin bertemu dgnnya kek! Tolong kek, bantu
aku!"
"Saat
hujan kau akan menemuinya" pernyataan tadi serius membuatku terkejut.
Bagaimana kakek tahu.
"Benarkah?
Aku akan bertemu dgnnya kek?"
"Hanya
saat hujan"
Oke,
baiklah. Sama seperti pertemuan pertama kami. Saat hujan kembali nanti aku akan
kembali kesini. Ke gedung tua dan usang, tempat pertamakali kami berjumpa.
"Terimakasih
kek, semoga...." Dimana kakek itu? Bahkan aku tak menyadari kepergiannya.
Ia menghilang begitu saja.
Akhirnya
setelah bertemu dengan kakek itu aku terus menanti datangnya hujan. Andai saja
sekarang ini musim hujan, pasti aku sudah bertemu dengannya setiap
hari."ya Allah pertemukan aku dengannya lagi" lirihku dalam doa
disetiap sujud. Kini awan mulai meredup pertanda akan turun hujan, aku bersiap
dibalik pintu rumah seraya membawa payung yang terlipat hingga aku bisa
memasukannya ke dalam tas milikku. Hujan pun turun dengan derasnya disertai
petir yang menggelegar."aku tak menyangka akan seseram ini" gumamku
sambil terus berlari menuju gedung usang itu. Sesampaiku disana aku tak melihat
seorang pun yang tengah berdiri guna berteduh dari hujan. Namun tiba-tiba saja
aku mendengar suara kucing kecil itu lagi!."meong...meong..." suara
kucing itu perlahan semakin terdengar jelas."pus...meong.." ucapku
berlagak mengetahui bahasa mereka.
Perjuanganku
terbayar, akhirnya Allah mempertemukan kami kembali. Aku mencoba mendekatinya,
memberanikan diri untuk berbicara padanya. Berbicara dgn bahasa yg ku pahami,
tentu bahasa manusia. Toh tak akan ada yg melihat. Namun, setelah mengamatinya
dalam-dalam entah mengapa ada yg berbeda. Kucing jelmaan laki-laki itu
mempunyai bulu berwarna kuning kecoklatan, berkilau. Matanya tajam dan
tatapannya seolah sama dgn wujudnya ketika menjelma menjadi manusia. Sementara
kucing ini berbeda. Perasaanku berubah lagi entah kenapa lebih kelabu. Tungkaiku
lemas betul rasanya. Semua seperti sia-sia saja. Suara hujan mengiringi kelabu
milikku. Namun, kucing ini tetap merengek pdku. Menarik-narik kaos putihku yg
sudah berubah kecoklatan. Aku masih tidak menghiraukannya. Perasaan kelabu itu
masih merayap.
"Heyy..apa-apaan
kau ini?! Bajuku bisa robek nanti! Hentikan mpus hentikan!" Rupanya kucing
tadi seolah marah karena aku mengabaikannya.
Ia
semakin menjadi dan tdk bisa kukendalikan. Tak berapa lama ia melepaskan
cakarnya pada bajuku. Ia berjalan lalu menoleh kearahku beberapa kali seolah
memberi tahu sesuatu padaku. Ia terus berjalan dan menoleh lagi kearahku.
Kutuntaskan saja penasaran ini, kuikuti kemana maunya kucing itu pergi. Dan...
Dari
belakang kucing itu ku ikuti ia hendak pergi kemana. Namun ditengah perjalanan
ternyata kucing itu sudah tiada. Aku yang kebingungan mencari kucing itu di
sela-sela rerumputan."mpus...mpus..." ucapku mencoba mengajak keluar
kucing itu."siapa yang kau cari?" ucap seorang laki-laki yang tak
asing suaranya tengah berdiri dibelakangku. Perlahan aku mulai membalikan badan
yang kuharap adalah seseorang yang ingin sekali ku temui.
Benar
saja! Laki-laki itu. Dia! Yg kutemui di gedung tua ini beberapa waktu lalu.
Kelabu berganti pelangi. Hujan seolah berganti menjadi nyanyian. Angin berubah
menjadi symphoni Indah bersahutan. Mereka turut berbahagia.
"Kemana
saja kau ini? Aku tak pernah alpa menunggumu disini!" Terangku bersemangat.
Ia
hanya tersenyum tipis lalu pandangannya beralih ke gelang itu. Gelang perak yg
diberikannya. Sepertinya aku mengerti maksudnya.
"Gelang
ini, knp ada pahatan kepala kucing dan huruf R? Kau mengenalku? Ataukah namamu
jg berawalan huruf R? Jelaskan padaku!"
"Kau
adalah Rina!"
"Heyy..
Bagaimana kau tahu?!"
"Aku
adalah dirimu"
"Jangan
membual, katakan yg sejujurnya!"
"Aku
adalah dirimu. Dirimu dlm wujud lain. Di planet zebun ini semua org ditakdirkan
untuk menjadi tiga, dlm bentuk manusia laki2 dan perempuan dan satu lagi adalah
hewan. Kau ditakdirkan menjelma sbg kucing maka sisi priamu adalah aku yg
menjelma menjadi kucing. Gelang itu adalah simbol yg diberikan untuk anak yg
telah berusia 20 tahun dan wajib mengetahui hal ini.” Ucap laki2 tsb.
“Hei Nak! Bangun! Sudah sore, kenapa kau tidak pulang? Malah tidur di
Mushola.” Ucap salah seorang ibu separuh baya mengagetkanku.
Aku tertegun, berusaha bangkit dari tidurku. Kulihat sekelilingku banyak
sajadah dan alat sholat. Ya! Ini masih
di Mushola! Aku tertidur sambil menunggu hujan reda. Mengetahui bahwa semua ini adalah mimpi. Pertemuanku
dengan laki-laki tsb, dan juga kucing yang menjelma menjadi diriku. Betapa
bodohnya diriku, terlalu lama memikirkan sesuatu yang tidak penting hingga
terbawa mimpi. Aku pun bersiap-siap untuk segera pulang. Namun, kuperhatikan
tangan kiriku, terdapat sebuah gelang perak dengan pahatan kepala kucing dan
huruf R…..
Tapi Rina kau tidak perlu bingung
dan khawatir lagi karena cerita diatas hanya sambungan cerita-cerita anak IOC
yg main RP. Cerita ini hanya ilusi. Dan marilah kita doakan saja semoga
komunitas ini terus maju dan lebih baik.
THE
END.
Created by :
Rani Rahmasari
Ulfa Shabila
Falina Suwastrianti
Agustina Eva Damayanti
Istiana Rahma
✨